mata bengkak karena entah berapa ember air mata yang sudah kutumpahkan
(alay-nya kumat). "tuhan, ijinkan aku untuk menemaninya malam ini"
doaku dalam hati, mungkin kebahagiaan sedang tidak berpihak dengan hidupku
dimana aku harus hidup penuh dengan aturan dari orang tua, aturan yang tidak
mengasikkan pastinya. contohnya? tidak boleh keluar malam, fokus dengan
sekolah, dan lain sebagainya. ahh aku hampir gila karena ini.
nggak bisa membahagiakan orang yang kita sayang itu menyakitkan.
"maafin aku fang.. maaf" ucapku berkali-kali dalam hati. mencoba sok
tegar itu menyusahkan, apalagi setiap membaca balasan pesan darinya saat
mengajakku keluar malam, aku tak mampu membendung air mata ini, tenagaku tak
cukup kuat untuk menahannya. menangis, ya hanya itu yang aku bisa.
aku tau, mungkin tuhan malam ini sedang sibuk mendengarkan milyaran doa-doa
dari seluruh makhluknya. malam yang istimewa menurut semua orang, tapi tidak
untukku.
kulangkahkan kakiku meninggalkan kamar. "tuhan, kirim satu bintang
untuk menemaniku malam ini" batinku ngawur, sambil menatap langit gelap
yang terselimuti awan mendung. hanya gelap, tak ada satu cahaya pun disana,
hanya cahaya dari lampu depan rumah yang agak redup itulah teman malamku saat
ini, dengan headset yang masih tersambung di handphone dan kutancapkan dikedua
telingaku. hanya sebagai pantas-pantas saja.
aku duduk sendiri diatas sebuah sumur yang tertutup seng itu, merenungi
nasib. masih terdiam disana, melihat sekelilingku hanya pohon-pohon yang
mungkin ada penunggunya. aku berharap aku dapat melihat salah satu penunggu
pohon itu, lalu aku panggil dan aku suruh dia mendengarkan sedihku. ahh gilaaa.
aku menatap jalan yang terbentang agak luas didepanku, gelap, sepi, hanya
terdengar suara-suara kembang api dan suara orang-orang yang berkali-kali
menyerukan nama tuhannya melalui microfon.
pukul 22.22 tak terasa sudah hampir satu jam aku duduk melamun disana. saat
aku memutuskan untuk beranjak pergi dari tempat itu tak sengaja mataku menatap
langit dengan sendirinya. satu bintang dengan cahaya yang lumayan terang
menghiasi langit itu.
aku memutuskan untuk menunda niatku pergi dari tempat sepi ini. tak ada
rasa bosan sedikit pun aku memandangi bintang itu. aku teringat sesuatu, saat
itu.. saat aku berhasil membuat satu alasan yang bisa membawaku menemani
malammu, yaa walau dengan batasan waktu.
saat itu kita duduk berdua dan menatap langit yang sama, kau menunjuk
kearah satu bintang terang dan
mengatakan kalau bintang itu adalah aku, lalu kau menunjuk salah satu
bintang yang tak kalah terangnya dari bintang yang kau tunjuk pertama kali dan
mengatakan bahwa itu adalah kamu. lalu bintang-bintang yang lainnya adalah
sainganmu. aku menatapmu lalu tersenyum mendengar imajinasimu yang lucu itu.
manusia yang unik.
"walaupun sainganku banyak, tapi aku akan selalu didekatmu"
katamu dengan menyuruhku melihat kedua bintang itu untuk yang kedua kalinya.
"pokoknya aku yang paling deket sama kamu!" ucapmu lagi, dengan
senyuman manis yang menghiasi muka penuh harap itu. aku mengarahkan mataku
untuk melihat bintang-bintang yang cukup banyak itu lagi. iya fang, bintang
kita yang paling deket, dan bintang kita yang paling bersinar diantara
bintang-bintang lainnya.
dan malam ini, beberapa bintang lainnya mulai terlihat. hallo fang, coba
lihatlah bintang-bintang dilangit itu, kenapa mereka terletak begitu berjauhan
? dan kenapa bintang dengan sinar terang malam ini hanya ada satu ? padahal kau
pernah berkata untuk selalu ada didekatku.